Sejak pandemi Covid-19, wilayah pegunungan terisolir yang berbatasan darat langsung dengan Malaysia ini, kian termarginalkan.
Sekretaris Lembaga Percepatan Perluasan Pembangunan Perbatasan Krayan Helmi Pudaslikar mengatakan, sejak pandemi covid-19, warga Krayan seakan diembargo atau diblokade.
Kini, masyarakat harus pasrah untuk menjual padi organik yang menjadi favorit Sultan Brunei ini, ke pasar domestik. "Jadi, kalau dijual ke Malaysia Rp 30.000, itu uangnya semua masuk ke petani, diborong di lokasi. Sementara di pasar domestik, perputaran uang lebih lama. Meski harganya terkesan lebih mahal ketimbang Malaysia, itu karena harga jual ditambah ongkos transportasinya," imbuh dia.
Luas lahan pertanian di dataran tinggi Krayan sekitar 3.396,87 hektare, dengan produktivitas 4,86 ton per hektare.