Wajah perkampungan di pusat kota, yaitu di seputar Pasar Johar dan Alun-Alun Kota Semarang cukup unik.
SEJAK ratusan tahun, Kota Semarang menjadi daerah paling toleran dan wajah pusat kota menjadi bukti kerukunan antarpenduduk multietnik, yakni meskipun berbeda keyakinan, budaya, ataupun suku bangsa, tetap rukun dan tidak pernah terdengar adanya perselisihan.
Di sisi selatan Kampung Pacinan. Warga di kawasan ini merupakan etnik keturunan Tiongkok, terlihat dari arsitektur bangunan rumah dan banyak berdiri tempat peribadatan berupa kelenteng, seperti See Hoo Kiong, Tay Kak Sie, Ling Hok Bio. Ketika perayaan Imlek dipusatkan di Kampung Pacinan, warga berbeda agama tidak pernah menjadikannya masalah. Berbagai seni budaya ditampilkan warga keturunan Tiongkok justru menjadi hiburan dan tontonan penduduk sekitar. Pun ketika umat Nasrani merayakan hari besarnya, seperti Natal dan Paskah, Gereja Blenduk menjadi pusat peribadatan.