Ketika korban dipaksa menipu korban lainnya. Ini adalah kesaksian beberapa orang yang dijebak untuk bekerja di kartel judi online dan investigasi bodong di Kamboja.
Anggota TNI dan Polri dituding terlibat sindikat penyelundupan pekerja migran ke Malaysia, aktivis: 'Perlu ada efek jera'
Ini adalah kisah Tin. Dia menceritakan kejengkelannya, yang berawal dari obrolan singkat di aplikasi pengiriman pesan Zalo, setelah dia melihat iklan lowongan pekerjaan di Facebook. Penipu: “Jangan khawatir. Perusahaan akan melatih Anda. Anda akan bekerja selama sembilan jam per hari dan libur pada hari Minggu.”
Pada 22 Juni, seorang sopir menjemput saya di dekat Bandara Tan Son Nhat dan membawa saya ke Provinsi Long An untuk menjemput seseorang. Mereka membawa kami ke sebuah perusahaan China di Kota Bavet, yang berdekatan dengan perlintasan perbatasan Moc Bai. Perempuan itu kemudian menyuruh kami beristirahat dan memberi sabun mandi, krim, serta sikat gigi. Dia meminta saya untuk mulai bekerja esok harinya pada pukul 10 pagi.
Mereka memberi saya kartu SIM dari operator Vietnam seperti Viettel, Vina, dan Mobifone untuk membuat akun Zalo dengan foto laki-laki tampan dan perempuan cantik. Tetapi, banyak yang bercerita kalau saya tidak bisa memenuhi target, saya akan dibiarkan kelaparan dan dipukuli.Manajer: “Kalau kamu bertahan dan tetap bekerja, tidak apa-apa, tapi sekarang kamu meminta keluar, perusahaan menilai kamu tidak mau bekerja, jadi dalam satu sampai dua hari kamu harus mentransfer uang ke perusahaan. Jika tidak, perusahaan akan menjualmu ke Sihanoukville atau Phnom Penh, bahkan menjualmu ke Thailand untuk menyelundupkan organ-orang tubuhmu.
Sebagai orang dengan pengalaman bekerja di luar negeri, terutama di Timur Tengah, Rendi mencoba mencari tahu melalui Whatsapp. Si penipu pun membelikan dan mengirimkan tiket keberangkatan kepada Rendi pada tanggal yang telah disepakati pada Mei lalu.Dia kemudian dibawa ke perusahaan yang berlokasi di Sihanoukville.
Dia kemudian diminta membuat pertemanan dengan calon-calon korbannya melalui media sosial Facebook, Twitter, Instagram, hingga aplikasi kencan.Pada masa-masa awal itu, Rendi belum diberi target. Namun dari cerita orang-orang yang juga dipekerjakan di situ, dia mengetahui bahwa setiap tim yang terdiri dari enam hingga tujuh orang ditargetkan mendapatkan USD35.000 per bulan.Rendi diminta untuk mendekati orang-orang yang potensial mencari korbannya dengan membangun pertemanan.