Eksekusi dan praktik adalah kata kunci untuk gerakan literasi dan taman bacaan.
REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Dunia literasi dan taman bacaan di Indonesia, sebentar lagi akan kehadiran buku 100 Kisah di Langit Taman Bacaan karya Syarifudin Yunus, pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor. Buku dengan 196 halaman ukuran A4 ini, berkisah tentang “saat memilih literasi sebagai jalan hidup dan menjadikan TBM Edutainment sebagai model tata kelola taman bacaan masyarakat.”
Taman bacaan sebagai jalan sunyi pengabdian, menegaskan pentingnya daya juang dan sikap spartan untuk menegakkan giat membaca dan budaya literasi masyarakat Indonesia. Dari 100 kisah, komposisi isi buku literasi ini terdiri dari: 30% praktik baik TBM, 15% TBM Edutainment sebagai model tata kelola, 15% kajian dan data TBM, dan 40% tantangan dan tips berjuang di taman bacaan.
Buku ini menegaskan pentingnya gerakan literasi bersifat lebih inklusif. Maka literasi harus dikelola dengan hati, cinta, dan komitmen sepenuh hati. Tidak cukup hanya idealisme pegiat literasi. Penulis juga memperkenalkan model TBM Edutainment sebagai model tata kelola taman bacaan masyarakat berbasis edukasi dan entertainment yang dipelopori TBM Lentera Pustaka selama ini. Agar literasi dan taman bacaan jadi tempat yang asyik dan menyenangkan.
Saat peluncuran nanti, untuk kali pertama buku 100 Kisah di Langit Taman Bacaan akan didampingi empat buku seri literasi, yaitu 1) Literasi untuk Semua, 2) Literasi Digital – Is it Bad or Good Habits?, 3) Literasi Budaya – Mikul Dhuwur Mendhem Jero, dan 4) Literasi Finansial – Biaya Hidup itu Murah, yang Mahal itu Biaya Pamer. Keempat buku seri literasi tersebut ditulis oleh Syarifudin Yunus bersama para mahasiswanya di PBSI FBS Universitas Indraprasta PGRI .