Bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap di Indonesia memiliki potensi yang tinggi, khususnya terkait dengan bauran energi baru terbarukan (EBT).
Bisnis.com, JAKARTA — Bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Surya atap di Indonesia memiliki potensi yang tinggi, khususnya terkait dengan startup komponen listrik bauran energi baru terbarukan ke depannya.
Namun demikian, biaya investasi awal penggunaan PLTS atap dinilai masih cukup besar. Hal ini karena sebagian besar komponennya masih impor. Xurya, salah satu startup yang bergerak di bidang penyewaan PLTS atap yang didanai oleh perusahaan milik Sandiaga Uno dan Edwin Soeryadjaya, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk. menyambut baik adanya potensi tersebut.
Deutschland Neuesten Nachrichten, Deutschland Schlagzeilen
Similar News:Sie können auch ähnliche Nachrichten wie diese lesen, die wir aus anderen Nachrichtenquellen gesammelt haben.
Penyerahan Aset Infrastruktur EBT Negara Banyak Terserap ke PLTSDari 2016-2021 menunjukkan penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi (LTSHE) banyak didistribusikan dengan 364.315 unit yang bernilai Rp1,14 triliun.
Weiterlesen »
Eks Bupati Bogor Ungkap Fakta Audit BPK Jadi Ladang BisnisSalah satu anak buah Ade Yasin, Ihsan Ayatullah, memanfaatkan momentum audit oleh BPK Perwakilan Jawa Barat sebagai ladang bisnis.
Weiterlesen »
Drama Juragan 99: Gurita Bisnis, Sengketa Merek PS Glow hingga Kabar PisahPasangan pebisnis Shandy Purnamasari dan Gilang Widya yang tak lain adalah Juragan 99 kembali menghebohkan jagat media sosial.
Weiterlesen »
Curhat Bisnis Pijatnya Drop ke Bahlil, Tunanetra Ini Dikasih Modal Rp 20 JutaKepada Bahlil, Ratnita curhat soal kondisi usahanya yang sempat terseok akibat pandemi.
Weiterlesen »
Dorongan Bisnis Ijo Royo-royo Indika Energy (INDY) Geser Batu BaraIndika Energy (INDY) kian agresif mengembangkan bisnis hijau yang berkelanjutan. Mampukah menggantikan dominasi bisnis batu bara yang kian membara?
Weiterlesen »
5 Pelajaran Penting dari Ledakan Dotcom Bubble, Sejarah Kelam Bisnis ITKemajuan di bidang internet pada era 1990-an mendorong para investor menggelontorkan modal besar-besaran untuk perusahaan start up yang berbasis online. Sayang, pada awal dekade 2000-an, dotcom bubble meledak hingga mengakibatkan banyak start up tersebut bangkrut.
Weiterlesen »