Pabrikan rokok ternyata masih mengimpor tembakau untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Salah satunya karena produksi tembakau nasional yang tidak cukup. Alasan lainnya, adalah banyak tembakau luar negeri yang sudah menjadi bagian dari 'resep rahasia' perusahaan sejak berpuluh-puluh tahun lamanya.Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan Nirwala Dwi Heryanto saat berbincang dengan CNBC Indonesia akhir pekan lalu mengatakan, setiap tembakau memang memiliki ciri khas masing-masing.
"Tembakau itu ada 36 grade. Grade tertinggi itu yang warnanya deep yellow itu paling tinggi harganya," jelasnya. "Tembakau mereka enggak ada matahari, atau terbatas. Karena itu pengeringannya menggunakan pemanas. Jadi udara dipanaskan, dialirkan. Mereka rata-rata Virginia Flue Cured. Kalau di AS, itu Burley. Kalau ada yang khas lagi itu Ari Turki, itu tembakau aromatic," katanya.Pedagang menata rokok di warung eceran di Warung Dua Saudara Pejaten, Jakarta, Rabu, . Naiknya tarif cukai rokok dari waktu ke waktu, membuat sejumlah orang memilih alternatif rokok dengan harga murah.